Sejak dulu, perempuan Mesir sudah tersohor akan kecantikan wajahnya. Mulai dari Ratu Nefertiti, istri Raja Akhnatoon yang memerintah Mesir pada abad XIV Sebelum Masehi, hinggaCleopatra yang hidup pada abad berikutnya. Kecantikan itu pula yang menghiasi wajah Maria, putri bangsawan dari kaum Qibthy, salah satu suku terpandang di Mesir. Bersama Sirin, adik perempuannya, Maria hidup berkecukupan dan tinggal di istana Raja Muqouqis, seorang pembesar kaum Qibthy.
Meski hidup bergelimang harta dan kemewahan, hati Maria selalu merasa hampa. Bila malam tiba, Maria sering menyendiri sambil memandang bulan dan kerlip bintang yang menghiasi langit. Angannya mengembara dan kerap dirundung berbagai pertanyaan, siapakah yang telah menciptakan semua itu. Hingga akhirnya, datanglah tamu dari Jazirah Arabia. Seorang pria bernama Hateb bin Abi Balta'ah yang diutus Muhammad bin Abdullah untuk menyampaikan sepucuk surat kepada Muqouqis.
Pemimpin kaum Qibthy ini telah mendengar akan datangnya seorang nabi yang mengajak manusia untuk memeluk agama baru, yaitu islam, sehingga kedatangan Hateb pun disambut dengan penuh kehangatan. Sayangnya, tak semua kaum Qibthy bersedia mengubah keyakinan mereka untuk menganut islam. Agar tidak menimbulkan perpecahan di antara mereka, Muqouqis meminta maaf kepada Hateb dan berharap utusan Rasulullsh itu dapat memahami kondisi yang menimpa kaumnya.
Sebagai balasan atas kunjungan Hateb, Muqouqis menitipkan 2 orang gadis Qibthy dari keturunan terpandang yang diyakini bisa menjadi muslimah sesuai harapan Rasulullah. Gadis yang dimaksud itu adalah Maria dan Sirin, adiknya.
Sampai di sini dulu, Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Bersambung...
sumber : majalah Noor
No comments:
Post a Comment
PLEASE SUPPORT & FEEDBACK TO BUILD!
(MOHON SARAN & KRITIK YANG MEMBANGUN!)