About Me

My photo
Jakarta Selatan, DKI Jakarta, Indonesia
Hai! Perkenalkan, Nama saya Aida Hanabi, teman-teman saya suka memanggil saya Ai-chan. Sekarang saya sudah mulai menjalankan bisnis fashion sendiri, yang berpusat di kota Banjarmasin, Kal-sel, Indonesia. Dan saya juga bekerja sebagai Freelance Fashion Consultant, Design, & Fashion Stylist. Saya memiliki toko yang menjual Accecories perhiasan, Souvenir, jam tangan kaos kaki dan kebutuhan remaja lainnya. Jika ingin tahu lebih lengkapnya mengenai diri saya silahkan mengkonfirmasi saya di Facebook atau twitter dengan e-mail: Aida_hanabi@yahoo.co.id atau Follow Instagram saya @Aida_hanabi dan @RumahBusana_Nur78

Monday, May 25, 2009

Pasar Ikan Tsukiji

Pernahkan kamu mampir ke pasar yang menjual ikan? Bagaimana suasananya? Hampir pasti, kira kira suasana pasar ikan di sini adalah : bau, banyak lalat dan kotor. Intinya, bakal membuat kita (yang tak terbiasa di sana) menjadi tak betah dan ingin segera meninggalkan tempat itu, bukan?

Nah, kalau begitu kita simak aja apa kata Joe Lesmana soal pasar ikan Tsukiji yuk...!

Kata Joe...
Hal ini yang membuat saya (Joe) sangat penasaran waktu mendengar di wilayah Tokyo terdapat sebuah pasar ikan besar dengan suasana yang sangat berbeda. "Iklan" dari teman saya adalah bahwa di sana kita tidak akan menemukan seekor lalat pun, meski terdapat banyak ikan dan hasil tangkapan laut lainnya. Tak heran, saat saya mendapat kesempatan ke Tokyo, saya langsung memasang target untuk membuktikan sendiri cerita itu. 

Pasar ikan Tsukiji merupakan bagian dari Tsukiji Wholesale Market, dimana dijual berbagai produk tangkapan laut, hasil perkebunan/ pertanian, dan buah buahan segar. Untuk mencapainya, kita bisa menggunakan subway, dan berhenti di stasiun Tsukijish. Dari sana, dengan berjalan kaki hanya butuh waktu 10 menit untuk mencapai lokasi. Saat memasuki pasar ini, kita harus ekstra hati hati dengan banyaknya kendaraan pengangkut yang berseliweran dengan kecepatan "tinggi". Tapi karena pasar ikan (terutama tempat pelelangan ikan) hanya buka hingga sekitar jam 9 pagi, maka ada baiknya kita sampai di sana pada pukul 6 pagi. Saat itu, pusat pelelangan ikan tuna (baik yang segar maupun yang dibekukan) sedang ramai ramainya. Kita bisa melihat langsung bagaiman keunikan dan kesigapan mereka dalam melakukan transaksi pelelangan ikan yang besarnya bisa mencapai 300 kg/ ekor ini. Para peminat lelang akan memeriksa kualitas ikan ikan yang ditawarkan terlebih dahulu, lalu menentukan berapa harga yang akan mereka ajukan.

Proses pelelangan sendiri berlangsung sangat cepat. Hanya dibutuhkan waktu beberapa detik untuk menentukan nilai jual seekor ikan tuna besar. Tidak semua orang bisa ikut dalam pelelangan ini. Hanya mereka yang memiliki kios ikan di pasar itu, para utusan khusus dari restoran besar, pabrik pengolah makanan, atau agen ikan yang cukup besar. Baru dari mereka ini, para konsumen perorangan bisa membeli kebutuhan ikan atau hasil laut lainya. Selain itu, kita juga bisa melihat tempat pemotongan ikan tuna beku, baik yang menggunakan mesin ataupun manual dengan pedang panjang yang sangat tajam (oroshi hocho). Masih banyak hasil laut lain yang ditawarkan oleh para pemilik kios di pasar ini. Dan seperti "Iklan" teman saya, kondisi pasar ini bersih, tidak bau, dan tak ada seekorpun lalat di sana! Setelah puas melihat kondisi pasar dan pelelangan, kami memutuskan untuk mengisi perut dengan mencicipi sushi. 

Di samping pasar ini ada deretan penjual makanan, diantaranya beberapa restoran sushi yang mungil. Sekali melayani, mereka hanya bisa menerima belasan pemesan saja. Karena itu, jangan kaget jika kita harus berdiri mengantri hingga 2 jam di depan pintu restoran ini. Saya sendiri, dalam kondisi lapar dan ngantuk, harus menunggu hingga hampir 2 jam. Saat mengantri itu, kita akan ditanya menu set mana yang akan kita pesan. Terdapat 2 set sushi yang ditawarkan, yaitu yang biasa (sekitar 2300 yen) atau pilihan chef' (3000 yen lebih). Saya mencoba sat biasa, dan mendapatkan 7 jenis sushi yang disajikan satu persatu. Rasanya sangat lezat. Mungkin karena berasal dari hasil tangkapan laut yang sangat segar, di tambah sebelumnya mengantri lama. Untuk menyantapnya hanya dibutuhkan waktu 20 - 30 menit, dan itu tak membuat kita kenyang. Tapi kenikmatan dan pengalaman yang kita rasakan cukup sesuai dengan harga menunya. Maka, jika kalian datang ke pasar ini, saya sarankan kalian mencoba salah satu dari restoran sushi yang ada. Sesuatu yang tak ada di pasar ikan kita, dengan rasa sushi yang jauh berbeda dari yang ada di Indonesia, bahkan restoran sushi di bagian lain Tokyo sekalipun.

sumber : majalah Animonster

1 comment:

  1. Kalo di Indonesia khususnya di Banjarmasin ada pasar kaya pasar ikan Tsukiji itu aku sih mau aja pergi ke pasar ikan tiap hari hehe. Kan ga bau dan ada restoran sushinya lagi! Tapi jangan mahal ya sushinya! Kalo mau gimana kita yg bikinnya ya Ai - chan kita kan temen ya ya ya...

    ReplyDelete

PLEASE SUPPORT & FEEDBACK TO BUILD!

(MOHON SARAN & KRITIK YANG MEMBANGUN!)

Contact Us

Name

Email *

Message *